Pilar Peradaban Muslim

9 Sep    Oase LMI, Salim A Fillah

Masjid Merupakan tempat yang paling teduh di dunia. Sebab disinilah para hamba menyungkurkan kepala dalam sujud berserah pada Kekasihnya. Ialah tempat yang paling bercahaya di mayapada, sebab nama Dzat Yang Maha Agung disebut dengan takbir, tahmid, tasbih dan tahlil yang mesra.

Menuju masjid adalah pengalaman berharga. Para pemakmur masjid telah menanggalkan dosa dan melangitkan derajat di sisi Rabbnya, bahkan sejak mengayunkan dua langkah pertama.

“Barang siapa bersuci dari rumahnya kemudian berjalan menuju salah satu rumah diantara rumah-rumah Allah untuk menunaikan suatu fardhu dari kewajiban-kewajiban yang diperintahkan Allah”, begitu titah Rasulullah Shallahualaihiwasallam yang dikemukanan oleh Imam Muslim, “maka salah satu langkah dari kedua kakinya akan menghapus kesalahannya dan langkah lainnya akan meninggikan satu derajat”.

Dari keberkahan akan berlanjut, karena ganjaran shalat bagi yang menunaikannya di masjid akan dilipatkan 27 derajat. Kemudian penantian terindah adalah menunggu shalat dari selesainya suatu shalat. Pada saat itu, pemakmur masjid ini tak henti terhitung shalat dan malaikat akan terus menerus berucap “Allahumma Shalli ‘Alaihi, Allahummarhamhu. Ya Allah, Limpahkanlah kebaikan sempurna kepadanya. Ya Allah, Sayangi dia.”

“Bagian dari negeri-negeri yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya” (HR Imam Muslim)
Dan keberkahan masjid berlanjut dengan majelis ilmu yang ada disana. Ketika firman Allah dihayati di rumah Allah oleh pemakmur masjid. Sang Nabi menyatakan, “Ada tujuh golongan dalam naunganNya pada ketika tiada naungan selain naunganNya”. Dalam hadits yang disepakati kesahihannya oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim ini beliau menyebutkannya satu demi satu, dan diantara mereka adalah “Seorang lelaki yang hatinya senantiasa terpaut pada masjid-masjid”Ialah madrasah yang telah meluluskan para Ulama dan Pemimpin Ummat. Ialah tempat berfatwa tatkala masyarakat mencari petunjuk dalam mengamalkan agama. Ia pula mahkamah untuk mengadili persengketaan di antara kaum muslimin. Ia adalah ribath, panti tempat dhuafa menggantungkan hidupnya. Ke masjid jugalah, kaum muslimin dihimpun dan ditata untuk keberangkatan dalam jihad, dakwan dan urusan besar lainnya.

Masjid adalah salah satu pilar peradaban Islam, maka Rasulullah mengutamakan pembangunannya begitu beliau tiba dalam hijrahnya di Madinah. Dari sanalah tebit keberkahan, sebab hati-hati yang tersambung ke langit pastilah yang paling mampu membangun bumi.

 

Salim A Fillah
Penulis
On: FacebookTwitterWebsite

“Hamba Allah yang tertawan dosanya; santri yang tertahan jahilnya; moga berkah dalam faqir-dha’ifnya.”

Tinggalkan Balasan