Di tengah era globalisasi saat ini. Ketika Fakultas Ekonomi begitu diminati, ada yang mengganjal dalam hati saya. Telah banyak sarjana ekonomi bertebaran, namun berlalu begitu saja. Tanpa adanya pergerakan untuk memakmurkan ekonomi khususnya di dalam Negeri kita sendiri.
Mungkin ada yang salah. Dalam pemahaman, tujuan, serta pelaksanaan dari sistem ekonomi yang dipelajari selama ini. Ketika ekonomi hanya menjadi sebuah ilmu tanpa adanya output nyata untuk memajukan ekonomi dalam negeri kita. Ketika ekonomi hanya sebuah pemahaman tanpa adanya tujuan sosial. Ketika ekonomi ditujukan untuk memenuhi keinginan duniawi tanpa pernah berfikir bahwa ekonomi tidak terlepas dari ilmu yang Allah turunkan yang tentunya harus dipelajari dan diamalkan sebagaimana ilmu-ilmu lainnya. Tentunya memakai sumber ilmu dan hukum yang paling utama yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Dua sumber ilmu tersebut cukup untuk kita memaknai ilmu ekonomi yang sejatinya bertujuan untuk kemaslahatan umat lalu menjalankannya sesuai dengan syariat.
Dalam pandangan umum, Ekonomi dikatakan sebagai ilmu sosial yang mengkaji bagaimana menggunakan sumber yang tepat untuk memenuhi keperluan yang belum tercapai. Atas sebab-sebab tertentu, sumber yang diperlukan untuk memenuhi kehendak manusia dikatakan terbatas jumlahnya. Bahkan manusia dikatakan sebagai ‘macan’nya ekonomi yang tidak pernah puas dengan apa yang diinginkan. Justru itu, manusia selalu mencari jalan untuk memenuhi kehendak yang tidak terbatas itu melalui berbagai cara dari berbagai sistem ekonomi.
Di sinilah puncak masalah yang melanda hari ini. Kehendak yang tidak terbatas itu sebenarnya telah menyebabkan manusia dikuasai nafsu dalam memenuhi kehendak mereka. Manusia dididik menjadi makhluk ego yang hanya mementingkan diri sendiri. Tanpa pernah berfikir bahwa dunia adalah ladang kebajikan yang harus kita tanami dengan kebajikan pula untuk dituai di akhirat kelak.
Mari kita simak ayat ini;
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa saja yang dia kehendaki dan menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-israa’: 30)
Dalam ekonomi Islam, dijelaskan bahwa Islam mengajarkan konsep rezeki dan berkah yang melampaui hukum mutu manusia. Islam juga mengajarkan kita untuk mengendalikan hawa nafsu agar tidak keterlaluan dalam memenuhi kehendak. Kehendak yang tidak terbatas adalah aspek yang bertentangan dalam Islam.
Harus kita ketahui, Islam adalah agama sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia diatur dengan prinsip ilahiah. Harta yang ada pada kita sesungguhnya bukan milik kita, melainkan titipan dari Allah Swt. Agar dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kepentingan umat manusia yang pada akhirnya semua akan kembali pada Allah Swt untuk dipertanggungjawabkan.
Ada 3 hal yang diinginkan Allah terhadap manusia yang tengah menjalani masa hidupnya di dunia adalah:
1. Tumpuan manusia dalam bertahan hidup untuk mencapai kemenangan dunia-akhirat adalah pada aktivitas ekonomi (yang utama jual-beli).
2. Segala aktivitas ekonomi tersebut tidak lepas dari konsep ibadah kepada Allah SWT.
3. Untuk kepentingan kehidupan manusia tersebut Allah Swt menyediakan segala keperluan mereka, baik keperluan lahir maupun batin.
Tiga hal ini tercangkup dalam sistem ekonomi Islam. Karena Islam memiliki sistem yang sempurna bagi manusia dalam rangka memperoleh kesuksesan hidup. Sistem yang ditawarkan Islam ini lebih luas cakupannya jika dibandingkan sistem konvensional. Sistem ini tidak hanya meliputi mekanisme praktis, tetapi juga meliputi perilaku moral manusia.
Keampuhan ekonomi dan keuangan Islam ini telah teruji, sebagaimana ketika terjadi krisis moneter pada tahun 1997, hanya bisnis Islam lah yang tetap berjaya, bahkan mampu menghasilkan laba usaha yang berlipat, sedangkan saat itu banyak bank-bank dan bisnis lainnya terpaksa tumbang dan dilikuidasi.
Kini pun disaksikan bahwa di Negara-negara yang mayoritas non muslim, telah tumbuh dan berkembang bank-bank, asuransi baru, serta bisnis lainnya bagikan jamur di musim hujan. Demikian pula di kota-kota besar di beberapa Negara tumbuh pula halal-mal, rumah makan halal, dan lain-lain.
Memang telah terbukti dalam pandangan Islam, sebagaimana banyak dijumpai dalam firman Allah Swt bahwa ekonomi Islam tidak semata-mata diperuntukkan untuk umat Islam, akan tetapi untuk seluruh umat manusia.
Masihkah ragu akan keabsahan sistem ekonomi Islam??
Wallahu ‘alam.
Referensi: Buku ‘Islamic Economics and Finance’ karya Prof Dr. Veithzal Rivai, SE, MM., MBA & Antoni Nizar Usman, SE, ME., PhD (*Dakwatuna – Sonia Faiqah)
Tinggalkan Balasan