Pejuang ‘45 yakin ini bukan sekedar kebetulan, tapi ini merupakan rahmat terbesar di Bulan Ramadhan yang terakumulasi dari peluh perjuangan mereka selama ini. Tak ayal rasa syukur dan kebahagiaan begitu memuncak, karena bukan lapar dan dahaga fisik yang menjadi masalah terbesar mereka saat itu, tapi “lapar dan dahaga” menjadi bangsa yang merdekalah yang mereka idam-idamkan. Kondisi dimana tidak ada lagi perbedaan ras dan warna kulit, tapi yang membedakan hanyalah Ketaqwaan di sisi Allah swt.
Keberhasilan perjuangan angkatan ‘45 bukan berarti akhir. Lebih tepatnya ini merupakan awal dari perjalanan sebuah bangsa yang merdeka. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus perjuangan memiliki kewajiban yang lebih besar, yakni menata kemerdekaan, mempertahankannya, memajukan eksistensi di mata dunia dan di hadapan Allah swt.
Tahun 2011 ini sejarah berulang. Peringatan hari kemerdekaan Indonesia jatuh di bulan ramadhan. Sejarah berkata bahwa generasi pendahulu kita tidak mengeluhkan, betapa beratnya mereka harus mempersiapkan kemerdekaan sambil menahan lapar dan dahaga berpuasa. Jadi, alangkah naifnya kita yang saat ini menjadikan puasa sebagai alibi untuk tidak beraktifitas secara maksimal dalam menjalani kehidupan. Kita pun sebagai generasi intelektual seharusnya bisa lebih merasakan spirit kemerdekaan dan rasa syukur yang dahulu Bung Karno, Moh. Hatta, dan seluruh pejuang kemerdekaan rasakan.
Wallahu a’lam bi shawab.
“Ramadhan adalah bulan rahmat, bulan kemenangan, bulan kemerdekaan”.
Khairil Azhar
@IslamediaKomisi B BP Nasional Jawa Barat
FSLDK Indonesia
Tinggalkan Balasan